Sumber : http://kisah-ku.blogspot.com/2005/10/sang-mualaf-direktur-pt-samsung.html

Lee Kang Hyun Belajar Agama Melalui Korespondensi


Beragam alasan mualaf menemukan kebenaran Illahiah melalui Islam. Bagi Lee Kang Hyun, Direktur PT Samsung Elektronic Indonesia, Islam dipilih karena dinilai sebagai agama yang mengajarkan keramahan dan solidaritas kepada sesama. Sekitar 10 tahun pria kelahiran Seoul Korea Selatan ini telah menjadi Muslim. Dan sepanjang waktu itu pula, dia merasa dorongan untuk beramal kian membesar.

Di tengah kesibukan sebagai orang nomor satu di perusahaan elektronik papan atas ini, ia menyempatkan diri untuk mengajarkan Islam pada kedua anaknya. "Kegiatan itu cukup menyita waktu. Namun dengan demikian, sekaligus akan berarti saya juga terus belajar tentang Islam," bilang Lee.

Mulai tertarik Islam sejak bersahabat dengan orang Indonesia pada penghujung 1980-an, Lee beruntung memiliki ayah mertua yang cukup banyak mengetahui Islam. Maka korespodensi hingga diskusi soal agama selalu mengisi waktunya bila dia bertemu mertua. Kesan Islam sebagai agama damai, menurut Lee, dia dapatkan saat mulai lebih banyak belajar tentang Indonesia. Semakin dia ingin mengetahui soal Indonesia, kian terasakan betapa bangsa ini merupakan komunitas yang beragam namun memiliki semangat bersama dan saling berbagi.

Lee menjadi lebih dalam memperhatikan Islam, setelah dia mengenal keluarga Roshim Hamzah, mantan pejabat BNI, yang dilihatnya amat tekun beribadah. Yang dia ingat, bapak angkatnya itu selalu menjalankan shalat tepat waktu, dan membaca Alquran usai shalat. "Selesai shalat atau membaca Quran, bapak itu rona mukanya terlihat amat segar dan tenang. Sepertinya membaca Alquran itu sebagai obat. Paling tidak obat stress karena pekerjaan," kenang Lee.

Sejak 1988, Lee memang sering bertandang ke Indonesia. Awalnya kedatangan itu karena korespondensi dengan tamannya yang kebetulan mahasiswa Universitas Indonesia. Dia bahkan sempat tinggal beberapa minggu di rumah karibnya itu, Novianto. Dari persahabatan itu, dan pengalamannya mendatangi sejumlah tempat di Indonesia, keramahan dan keakraban masyarakat Indonesia amat membekas di dalam hatinya.

Situasi ini diakuinya, seperti kondisi Korea Selatan pada era 1970-an, saat ia masih anak-anak. Ketertarikannya kepada kehidupan masyarakat Indonesia yang kemudian semakin membuatnya tertarik ingin lebih tahu agama paling besar di sini, Islam.

Lee tak menyangka jika di kemudian hari, kedekatan batinnya dengan Indonesia mengantarnya untuk menduduki posisinya sekarang. Usai menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Ekonomi Hankuk University Korea Selatan pada 1991, dia kemudian bergabung dengan perusahaan elektronik terbesar di negaranya, Samsung.

Dua tahun menekuni bidang ekspor, diapun mendapat promosi jabatan. Karena dinilai banyak mengetahui Indonesia, maka penugasan berikutnya yang membawanya kembali ke Indonesia pada 1993. "Saat itu adalah kali kedelapan saya ke Indonesia. Walaupun senang tapi tak terlalu surprise," ujarnya.

Namun, lanjut pria ini, pada kesempatan ke Indonesia yang kedelapan itu dirinya memiliki beban psikologis lebih tinggi. Kalau sebelumnya, datang ke Indonesia karena berlibur dan belajar banyak hal, pada 1993 dia datang ke Indonesia dengan tanggung jawab lebih besar. Ini karena Lee ditunjuk sebagai Menejer Ekspor-Impor di PT Samsung Electronic Indonesia.

Walaupun berurusan dengan soal ekspor-impor, Lee juga mencoba dekat dengan para karyawannya. Terutama, ia ingin mendorong etos kerja buruh menjadi lebih baik. Ia pun menjadi 'pengamat'. Dilihatnya, terdapat korelasi signifikan antara agama dengan prestasi kerja. "Mereka yang tekun dan disiplin shalat ternyata adalah karyawan yang bisa berprestasi," ujarnya.

Maka rasa ketertarikan kepada Islam pun kian menari dalam sanubarinya. Diakuinya pula, keinginan memeluk Agama Illahi yang paling sempurna itu juga karena keinginan lebih dekat dengan lebih 2.000 karyawan di pabrik Samsung di Cikarang Jawa Barat. "Bukan karena unsur lain. Tapi memang kalau saja saya Islam, maka bila harus menyatukan diri dengan para karyawan, saya bakal lebih diterima. Namun intinya bukan karena mayoritas Islam terus saya jadi Islam. Bukan karena itu," tegasnya.

Pria kelahiran 16 Juli 1966 ini mengaku sempat gamang dalam perjalanan menemukan kebenaran Islam. Perasaan itu justru kian menjadi setelah keinginannya memeluk Islam kian besar.

Beruntung, ia mendapat teman diskusi yang mumpuni, salah satunya Roshim Hamzah, mantan pejabat BNI yang berdarah Aceh. "Pak Roshim tak pernah memaksakan kehendak. Dia malah lebih banyak hanya memberi contoh bagaimana bisa taat beragama dengan tetap bisa berkarya secara profesional," kenang Lee. Maka belum setahun berkarya di Indonesia keputusan berislam pun diputuskan. Pada tahun 1994, Lee Kang Hyun resmi memeluk Islam setelah bersyahadat di Masjid Sunda Kelapa Jakarta.

Sebagai Muslim, ia mengaku masih banyak 'bolong'-nya. Diakuinya, belum semua ketentuan waktu shalat diikutinya. "Tapi setiap hari saya pasti shalat, walaupun memang belum lima waktu." Shubuh adalah waktu shalat yang paling sering terlewatkan. Soalnya kebiasan tidur menjelang fajar menjadikan sulitnya dia terbangun di pagi hari.

Soal larangan mengonsumsi daging babi, menurut Lee, amat mudah dia tinggalkan selekas masuk Islam. Namun soal minuman beralkohol, belum sepenuhnya ditinggalkan, terutama saat 'puulang kampung' ke Korea. "Minum Soju itu identik dengan budaya Korea dan rasa penghormatan terhadap semasa manusia. Maka jujur saja, saya belum bisa mencari jalan keluar untuk meninggalkan budaya itu. Tapi suatu saat saya yakin bisa," ujarnya. Asal tahu saja, di Korea, Islam masih dianggap sebagai sekte aneh'.

Dua tahun ber-Islam, Lee mengaku mendapat berkah paling besar dengan menemukan jodohnya, wanita asal Sumedang, Jawa Barat. Mereka dikaruniai dua anak laki-laki, Bonny Lee (7) dan Boran Lee (2). Seiring pertumbuhan buah hatinya, ia makin terketuk untuk makin mendalami Islam. "Soalnya bagaimana saya bisa mendidik anak dalam soal agama dengan baik, kalau saya sendiri pengetahuan Islamnya masih perlu diperdalam," katanya.

Maka Allah pun memberi jalan mudah. Sang ayah mertua merelakan waktunya untuk berbagi pengetahuan Islam kepada menantunya yang masih berbangsa Korea ini. Sekarang, setiap Sabtu, dia selalu menerima surat dari ayah mertuanya yang berisikan topik bahasan Islam. "Selain surat, ayah sering mengirimkan pula data-data dan dokumen lain soal Islam. Lalu saya
selalu meluangkan waktu untuk mendiskusikannya dengan Bonny, yang sekarang mulai besar," ceritanya.

Seiring dengan perjalanan karier Lee yang terus menanjak, hingga sekarang dipercaya menempati posisi Direktur PT Samsung Eelectronic Indonesia, kebiasaan 'menyebar' uang dan berbagi rezeki kepada kaum dhuafa terus menjadi kesehariannya. Namun ia menolak membicarakan hal itu. "Saya hanya ingin berbagi dan mendidik anak-anak supaya tahu kewajiban saling membantu sesama," tukasnya. Satu lagi yang masih menjadi cita-citanya, pergi ke Tanah Suci untuk berhaji. "Saya ingin ke Mekkah untuk berhaji. Tapi sampai sekarang belum mendapat izin cuti lebih sebulan," tuturnya.

Nama: Lee Kang Hyun
Tempat tanggal lahir: Seoul, 16 Juli 1966
Status pernikahan : Menikah dengan dua anak

Pendidikan
* 1991: Sarjana Manajemen Ekonomi Hankuk University (Korea),
* 2000: Mendalami E-commerce di Carnegie Mellon University, Pittsburgh - USA

Pengalaman kerja:
* 1986 - 1988 : Military training requirement
* 1991 : Samsung Electronics, Ltd (Export Team Audio-Video)
* 1993 : manajer ekspor-impor Samsung Electronics Indonesia
* 1998 - 2002 : Export-Import, Project General Manager
* 1999 - 2002 : General manager marketing Samsung Electronics Indonesia
* 2003 - sekarang : Direktur Samsung Electronics Indonesia

[sumber : Cerita Islami/Kisah Mualaf dari mailing list masjid_annahl]
Sumber : http://abumuthi.multiply.com/journal/item/56/Kisah_Mualaf_-_Memeluk_Islam_Setelah_Chatting
paspor online
Chatting biasa digunakan banyak orang untuk keperluan tak bermanfaat. Tapi melalui Chatting, seorang remaja Yahudi justru memeluk Islam
Musa Caplan nama lengkapnya. Baru berusia 16 tahun. Sebelum memeluk Islam, Musa beragama Yahudi. Keluarganya bukanlah dari kalangan Yahudi tradisional (orthodok). Namun ia justru belajar agama dari penganut tradisional.

“Aku belajar agama dari kelompok Yahudi Orthodok di sinagog (rumah ibadah kaum Yahudi-red). Demikian pula pendidikan formal juga di sekolah orthodok,” tutur Musa. Tinggal di komunitas Yahudi Orthodok di Amerika Serikat, ia seakan ”putus” kontak dengan dunia luar. Otomatis kala itu Musa tidak punya teman non-Yahudi sama sekali. Melalui bantuan internetlah ia mendapatkan banyak teman, terutama dari kalangan Islam. Dari diskusi online, ia justru mulai ragu dengan agamanya dan akhirnya bersyahadah via internet. Berikut kisahnya seperti dituturkan di di situs readingislam.com.

Kenal Islam lewat internet

“Belakangan, sejak kenal internet, aku jadi suka chating. Dari situlah bisa kenalan dengan berbagai macam kalangan, suku dan agama,” imbuhnya. Bahkan, e-mail Musa secara perlahan mulai terisi oleh teman-temannya yang beragama Islam. Sejak saat itulah ia mulai tertarik dan antusias mempelajari Islam.

“Aku menaruh perhatian sangat spesial dengan Islam. Kami saling bertukar info tentang Tuhan, nabi, moral, dan nilai-nilai agama. Perlahan aku jadi tahu banyak tentang Islam. Ternyata Islam adalah agama yang penuh damai. Begitupun aku belum bisa menghilangkan imej buruk tentang Islam. Misal ketika kudengar ada serangan teroris, sama seperti yang lainnya, aku menuding Islam itu ekstrem.” aku Musa. Beruntungnya ia punya kenalan online beragama Islam. “Dialah yang telah membuka pintu Islam kepadaku.”

Alhasil ia justru jadi banyak bertanya pada dirinya sendiri. Apakah agama Islam mengajarkan hal itu (membunuh orang tak berdosa)? Katanya Nabi Muhammad adalah seorang pejuang besar dan tidak pernah membunuh orang tak berdosa.

“Dari diskusi itu aku yakin Islam juga mengajarkan respek, damai, dan toleransi. Tidak pernah disebutkan untuk membunuh orang selain Islam. Dalam Al-Quran ada satu pelajaran yang sangat berharga dan dalam maknanya:”Membunuh seseorang, sama dengan merusak seluruh dunia.” Musa menyitir sebuah ayat Al-Quran.

Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. (Al-Ma'idah:32)

Setelah yakin Islam bukan agama perang, Musa memutuskan untuk mempelajari Islam lebih mendalam. Ia justru menemukan keragu-raguan dalam agamanya sendiri.

“Entah mengapa pandanganku sangat cocok dengan pandangan Islam. Aku bahkan menduga Kitab Perjanjian Lama, misalnya, telah banyak diubah. Diubah semata-mata untuk kepentingan materi.”

“Hal menarik lainnya yang membawaku makin condong ke Islam adalah kebenaran ilmiah (scientific truth) yang ada dalam Al-Quran. Kandungan ilmiah Al-Quran luar biasa. Misal Quran menceritakan bagaimana kejadian manusia yang berawal dari sperma manusia. Asal mula kehifupan manusia sebagaimana diceritakan dalam Al-Quran itu jauh sebelum ilmu pengetahuan ditemukan,” tukas Musa mantap.

“Al-Quran juga menyatakan bagaimana gunung-gunung dibentuk dan berbicara tentang lapisan atmosfir! Ini semuanya hanya beberapa dari begitu banyaknya penemuan-penemuan ilmiah, yang telah ada dalam Al-Quran 1400-an tahun yang lalu jauh sebelum penemuan-penemuan ilmu pengetahuan saat ini. Inilah salah satu kunci atau faktor yang menghantarku menemukan kebenaran dalam kehidupan,” lanjutnya bersemangat.

Musa menambahkan ada banyak website (situs) yang sangat bias dalam mengartikan ayat-ayat tertentu. Misalnya ayat-ayat tentang “perang”. Dikatakannya, kebanyakan situs-situs itu mengambil frase “perang”tersebut untuk membuat opini bahwa Islam agama suka perang.

“Padahal tidak demikian. Dalam bahasa Arab, kata Islam berasal dari salama yang bermakna “damai atau selamat”. Aku sangat yakin Islam agama damai.”

Tidak berani tinggalkan shalat

Menilik usianya yang masih sangat muda dan tinggal di lingkungan kaum Yahudi, Musa menghadapi banyak tantangan. Terutama dari keluarganya.

“Sungguh sangat sulit bagi mereka jika tahu aku telah berganti keyakinan. Jujur saja, keluarga dan sanak famili semua sayang padaku. Apa reaksi mereka kala mengetahui anak laki-laki kesayangannya telah masuk Islam? Karena itu, sementara waktu aku tak bisa leluasa memperlihatkan kehidupan Islam secara sempurna dalam kehidupan harian. Namun aku bersyukur kepada Allah, diberikan kekuatan hingga tetap bisa menunaikan shalat lima waktu dengan lancar. Khusus shalat saya berjuang untuk tidak meninggalkannya,” tutur Musa.

Menariknya, tatacara amal ibadah dalam Islam, semisal shalat dipelajarinya melalui chatting dengan rekan muslim dan juga browsing di internet.

“Paling kurang aku bisa tetap memelihara keyakinan pada Allah. Beberapa hal lain, secara fisik, lumayan sulit mengekspresikannya di khalayak ramai.”

Musa belum berani memberitahukan kepada kedua orangtuanya bahwa sudah memeluk Islam. Karena itu pula ia belum berani keluar rumah guna mendatangi mesjid untuk shalat. Seperti disebutkan di atas, tempat tinggalnya adalah kawasan Yahudi Orthodoks dan mesjid yang ada letaknya pun sangat jauh dengan rumahnya.

Karena usia yang masih sangat belia, Musa terkadang sulit mengendalikan emosinya. Misal kala berdebat sesuatu tentang Muslim, katakanlah tentang Timur Tengah, hatinya jadi mudah meletup.

“Saat diskusi seluruh anggota keluarga sudah pasti mendukung Israel. Mereka tidak tahu bagaimana kenyataan yang sebenarnya. Seperti bangsa Palestina, saya pikir seharusnya mereka memperlakukan rakyat disana secara baik. Ketika keluargaku bicara tentang situasi di sana, terutama saat mereka menyebut-nyebut “Tanah suci bangsa Yahudi” atau “Tanah Impian”, entah kenapa hatiku menolaknya dan bahkan ada rasa marah. Saya jadi gampang tersinggung.” aku Musa panjang lebar.

Sulitnya bersyahadah di khalayak ramai

“Aku belum mendapatkan kesempatan untuk mengucapkan syahadah dengan disaksikan khalayak ramai. Meskipun begitu aku telah bersyahadah di hadapan yang Maha Menyaksikan, yakni Allah SWT. Nanti ketika umurku sudah cukup dan dianggap dewasa untuk bepergian sendirian, maka aku berniat untuk melangkah ke mesjid, insya Allah. Hal terpenting saat ini adalah meningkatkan kualitas diri (iman),” ujarnya.

Diam-diam Musa bahkan mulai berdakwah dengan mengajak rekan-rekan sepermainannya untuk meninggalkan minum-minuman keras, nonton film porno, menjauhi obat-obatan terkarang dan juga menghilangkan kebiasaan mencuri. Namun tentu saja hal itu tidaklah mudah. Musa mencoba semampu yang ia bisa.

“Semuanya demi dan untuk Allah. Aku berharap sepanjang waktu yang ada bisa mengerjakan apa yang Allah maui dari hamba-Nya.”

Musa, uniknya, tidak mau disebut telah menemukan Islam atau masuk Islam ataupun telah mendapatkan cahaya terang selepas berada dalam kegelapan. Akan tetapi ia ingin dikatakan telah kembali kepada Islam. Semoga Allah menuntunnya kepada jalan yang benar sebagaimana Allah telah tuntun kita semua. Amiin.

Dianggap sudah mati

Peristiwa masuk Islamnya kalangan Yahudi memang sering bikin heboh. Kebanyakan komunitas dan terlebih keluarga si muallaf tidak bisa menerima hal itu. Seperti peristiwa kaburnya seorang gadis Yahudi baru-baru ini di Yaman. Terakhir diketahui sang gadis telah memeluk Islam. Kabarnya di sana peristiwa seperti itu telah puluhan kali terjadi. Untuk kasus seperti itu, maka pihak keluarga si muallaf Yahudi melakukan upacara kematian dan menganggap salah satu anggota keluarganya telah mati, karena keluar dari agama Yahudi.

Maryam Jamilah, penulis buku Islam terkenal dan seorang muallaf Yahudi Amerika yang masuk Islam tahun 1961, pernah mengalami masa-masa sulit selepas berganti keyakinan. Diceritakan kala itu ia dianggap sudah tidak ada lagi oleh anggota keluarganya.

“Keluarga saya menyusun opini bahwa saya sudah keluar (dari Yahudi). Saya diperingatkan, dengan memeluk Islam kehidupan saya akan sulit, Karena Islam bukan bagian dari Amerika. Dikatakan mereka, dengan ber-Islam maka saya akan diasingkan dari keluarga dan masyarakat,” kisah wanita yang punya nama asli Margaret Marcus itu sebagaimana disitir Islamreligion.

“Jujur saja, pada masa itu saya belum begitu kuat menghadapi serangan dan tekanan seperti itu. Hingga jatuh sakit. Bahjan saya berencana berhenti dari kuliah. Selama dua tahun saya berada dalam perawatan medis khusus,” lanjutnya. Maryam mulai bersentuhan dengan Islam kala baru berumur sepuluh tahun. Satu ketika ia pernah berujar begini.

“Delapan tahun di sekolah dasar, lalu empat tahun di sekolah menengah dan satu tahun di akademi. Saya belajar bahasa Inggris, Perancis, Spanyol, Latin dan Yunani, Aritmatika, Geometri, Aljabar, Biologi, Sejarah Eropa dan Amerika, Musik dan Seni, akan tetapi saya tidak pernah mengenal siapa Tuhan saya!” Begitulah. [zulkarnain jalil, kontributor www.hidayatullah.com di Aceh. Email \n zkarnain03@yahoo.com ]
Sumber: hidayatullah, 15 Maret 2008

Sumber : http://gus7.wordpress.com/2008/11/24/kisah-mualaf/

Oleh:  AGUS SISWANTO


Kisah menarik seputar transformasi aqidah ini pernah terjadi pada musisi terkenal Cat Stevens, pelantun tembang Morning Has Broken.
Suatu ketika Stevens didera sakit parah hingga di rawat di rumah sakit. Stevens merasa frustasi saat berada dipuncak karirnya. Berbeda dengan Kurt Cobain yang mengakhiri hidup dengan menembak kepalanya sendiri, Stevens justru tenggelam dalam dunia spiritual yang semakin membuatnya stress berat. Berbagai buku relijius dilahapnya, tetapi tidak membuat hatinya tenang. Steven pun terserang paru-paru TBC.
Saat terbaring lemah, kakaknya datang membesuknya sambil membawa sebuah buku relijius yang diberikannya kepada Stevens.
Sang kakak mengaku membeli buku itu saat sedang berwisata ke Yerusalem. Dia tertarik dengan sebuah buku yang di dalamnya terdapat bahasa Arab dan terjemahannya berbahasa Inggris. Buku itu dibelinya dari seorang pedagang buku kaki lima di tepi jalan.
Cat Stevens yang memang gemar dengan buku relijius menerima dengan senang hati pemberian buku itu. Meski dia tidak tahu apa isinya. Setiap hari buku itu dibacanya di rumah sakit. Setiap hari itu pula ia menangis saat membacanya.
Ketika dokter menyatakan penyakitnya sembuh, Cat Stevens pun pulang ke rumahnya. Buku itu masih selalu dibacanya.
Sekitar beberapa bulan kemudian, Cat Stevens mendatangi seorang ulama di daerahnya dan memutuskan mengucapkan dua kalimat syahadat. Sebuah pengakuan tulus tentang Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi sebagai Tuhan Yang Esa dan Muhammad sebagai pesuruh Tuhan.
Cat Stevens memeluk agama Islam hanya karena membaca sebuah buku yang didapatnya dari sang kakak. Buku itu dibeli sang kakak dari pedagang kaki lima. Buku itu adalah Al Qur’an. Wahyu Tuhan yang diberikan kepada Muhammad Sallallahu alaihiwassalam.
“Saya mendapat hidayah langsung dari sumbernya, yaitu Al Qur’an,” kata Cat Stevens yang kemudian mengubah namanya menjadi Yusuf Islam.
Cat Stevens-Yusuf Islam
catstevensyusuf_islam_aka_cat_stevens_beard
Sumber : http://pakmulkom.blogdetik.com/2009/08/16/islam-itu-agama-teroris/comment-page-6/

terorist

Sebenarnya saya sangat tersinggung jika dikatakan Islam adalah agama teroris. Sebab saya adalah pemeluk agama Islam. Selama apa yang saya pelajari tentang Islam, tak satupun ajaran yang menurut saya mengarah pada terorisme.
Tetapi saya sangat terkejut jika membaca informasi dari berbagai media massa tentang pengakuan sebagian umat Islam yang menyatakan bahwa Islam itu menghendaki pembunuhan terhadap orang yang tidak beribadah secara kaffah terlebih mereka yang kafir terhadap Alloh SWT.
Saya tidak tahu, yang bodoh ini adalah saya, atau…. mereka yang kurang bisa menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah firman atau kalam Alloh yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Di antara firman Alloh SWT. memang ada yang memberi perintah kepada umat Islam untuk berjihad mengangkat senjata melawan orang kafir yang ingin memusnahkan kaum muslim.
Dari sini saya ingin menyampaikan bahwa semua firman Alloh SWT. yang ada dalam Al-Qur’an itu berisi sejarah/kisah nabi-nabi terdahulu, hukum-hukum Alloh, perintah-perintah, larangan-larangan, kerasulan nabi Muhammad, identitas Alloh SWT, dan lain sebagainya.
Pendek kata,
Pertama : khusus masalah perintah Alloh yang berupa “jihadu fii sabilillah” (berjuang di jalan Alloh), itu banyak macamnya. Jihad tidak bisa hanya diartikan mengangkat senjata melawan orang kafir, tetapi masih ada urutan berikutnya, yaitu memakmurkan agama Alloh, menyantuni anak yatim atau fakir miskin, membantu pembangunan masjid, mengajar ilmu agama dan pengetahuan umum, dan perbuatan lain yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup yang kesemuanya dilakukan dengan ikhlas karena memohon ridlo Alloh.
Kedua : jihad mengangkat senjata melawan orang kafir adalah suatu tindakan membela diri dari kemusnahan, bukan sebagai pihak penyerang atau agresor. Ingaat… karena Al-Qur’an adalah semua kalam Alloh, maka kita harus jeli menafsirkan, kapan firman Alloh itu diturunkan dan untuk apa tujuannya. Dengan menganalisa kapan, dimana dan untuk apa perintah itu diturunkan, maka kita akan bisa memahami apakah perintah itu bersifat permanen (untuk selamanya) atau temporer (dalam kondisi tertentu).
Saya yakin betul bahwa berjuang mengangkat senjata melawan orang kafir seperti yang ada dalam Al-Qur’an adalah bersifat temporer yaitu ketika kondisi umat Islam diserang untuk dihancurkan, maka tidak ada pilihan jihad yang dimaksud adalah berperang. Akan tetapi ketika kondisi umat Islam sudah baik dan tenang, maka pembunuhan terhadap orang kafir (tidak percaya kepada Alloh) adalah dilarang.
Buktinya apa?
Nabi Muhammad adalah buktinya. Tingkah laku nabi Muhammad tidak pernah menunjukkan bahwa beliau adalah seorang pembunuh. Ketika nyata-nyata dalam peperangan, musuh yang sudah menyerah tidak boleh dibunuh, terlebih kaum wanita dan anak-anak, pohon-pohon tidak boleh dirusak. Mereka sudah jelas orang kafir musuh dalam peperangan, tetapi nabi Muhammad besikap seperti itu. Jangankan membunuh manusia, membunuh hewan saja nabi tidak pernah melakukannya dengan seenaknya, kecuali dengan alasan yang benar menurut Al-Qur’an.
Dari sini saya yakini, bahwa tindakan teoris ingin membunuh manusia kafir maupun thoghut adalah tidak dibenarkan.
Kalau memang orang kafir tidak boleh hidup di dunia, kenapa Alloh mempunyai sifat ARROHMAN? Sifat yang mengasihi semua ciptaannya di dunia. Beribadah atau tidak mereka tetap punya hak terhadap dunia ini sesuai dengan porsinya. Orang Islam kalau malas yaa hidupnya akan menderita, orang kafir kalau rajin bekerja akan kaya dan menikmatinya di dunia.
ALLOH SWT. ITU SANGAT DEMOKRATIS.
Andaikata Alloh hanya menghendaki manusia itu untuk taat saja, di dunia ini pasti semua manusia akan taat terhadap Alloh sebagaimana malaikat, karena Alloh itu maha kuasa atas segala-galanya. Dan jika Alloh menghendaki manusia kafir hancur, tak usah menunggu nanti atau besok, akan dihancurkanNya orang kafir seketika itu juga.
Memang dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa penciptaan manusia dan jin untuk beribadah kepada Alloh. Tetapi sifatnya adalah sebuah kebebasan yang bersyarat. Jika taat akan mendapat ganjaran atau pahala, jika ingkar akan mendapat dosa. Untuk itulah Alloh menciptakan SURGA dan NERAKA sebagai balasan akhir dari perbuatan manusia.
Tugas orang Islam adalah melaksanakan dan menyampaikan berita tentang kebenaran agama Alloh beserta aturan-aturannya terhadap orang Islam itu sendiri maupun orang kafir yang belum mengerti tentang ajaran Islam “TANPA ADA PAKSAAN” untuk melaksanakannya karena hidayah atau petunjuk itu datangnya dari Alloh.
Nabi Muhammad pernah merawat orang Yahudi yang buta matanya hidup sebagai gelandangan di pasar. Setiap pagi Sang Nabi menyuapi makanan dan memberinya minum. Tetapi si buta itu tidak penah tahu siapa orang yang merawatnya. Dia begitu bencinya terhadap Islam dan Nabi Muhammad, sehingga setiap bertemu orang dia selalu menghujat nabi Muhammad. Hingga suatu ketika Nabi Muhammad wafat, selanjutnya si buta dirawat oleh sahabat Abu Bakar atas wasiat Nabi. Si buta merasa mendapat pelayanan yang tidak seperti biasanya dan tidak selembut sebelumnya. Kemudian si buta marah-marah dan bertanya kepada yang merawatnya. Lalu sahabat Abu Bakar memberitahu bahwa yang merawat sebelumnya adalah Nabi Muhammad yang sekarang sudah wafat. Mendengar penjelasan sahabat Abu Bakar, si Yahudi buta terkejut bukan main, ternyata orang yang selama ini dihujatnya adalah yang merawat dan mengasihinya. Tangisan keraspun memecah keramain pasar, dia sangat menyesal atas perbuatannya dan saat itu pula si Yahudi buta membaca kalimah syahadat atas bimbingan sahabat Abu Bakar.
Dari uraian di atas, sudah jelaslah bahwa Islam adalah agama kasih sayang yang sangat menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, bukan agama teroris. Jika ada sebagian umat Islam yang menjadi teroris dengan dasar “jihadu fii sabilillah” maka menurut saya perlu ditinjau ulang penafsirannya terhadap Al-Qur’an.
Inilah sekelumit pendapat saya tentang Islam dan teroris, mohon maaf jika ada fihak yang tersinggung atas tulisan ini, jika ada kesalahan, itu semata-mata pendapat pribadi saya.
 
Template Design By:
SkinCorner