IMPLEMENTASI NILAI-NILAI AGAMA UNTUK MEWUJUDKAN KEAMANAN SOSIAL DIKALANGAN UMAT ISLAM








Penulis: Alfath Beriyan





MAN GODEAN
          2010          


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb
Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada kita semua. Sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan tanpa ada alang rintangan yang berarti.
Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan pada junjungan nabi besar Muhammad SAW. Nabi terakhir hingga akhir zaman yang akan memberikan syafaatnya kepada kita nanti, amin Allahumma amin.
Dalam menulis karya ilmiah ini, penulis mengambil judul “Implementasi Nilai-Nilai Agama Untuk Mewujudkan Keamanan Social Di Kalangan Umat Islam”. Kita tahu bahwasannya Negara Indonesia ini memiliki beragam suku, ras, golongan dan agama. Agama Islam adalah agama yang mayoritas paling banyak di Indonesia. Agama yang mengajarkan kedamaian dan kebaikan ini adalah agama tauhid terakhir dengan seorang Rasul Muhammad SAW. Nabi dan Rasul terakhir hingga akhir zaman.
Saat ini, di Indonesia banyak terjadi kericuhan dan kekerasan dalam hidup bersosial. Umat Islam sendiri banyak menyalahgunkan makna ilmu agama, sehingga mereka melenceng dari akidah yang benar. Hal ini tentunya menimbulkan ketidaknyamanan social. Untuk itu pemahaman dan pengamalan ilmu agama sangatlah penting untuk keserasian antar umat beragama, terutama dikalangan umat Islam sendiri, sehingga bisa terwujudnya keamanan social.
Penulis menyadari, dalam menulis karya ilmiah ini, tentunya banyak kesalahan dan ketidak sempurnaan. Untuk itu, Tegur, kritik, sapa dan saran yang membangun, penulis terima dengan senang hati. Billahitaufik wal hidayah, waridho wal innayah.
Wassalamualaikum. Wr. Wb



Sleman, 9 Oktober 2010
Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………….. i
LAMPIRAN……………………...…………………………………………………... ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………………  iii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………… iv
BAB I
PENDAHULUAN…………………………………………………………………… 1
A.     Latar Belakang……………………………………………………………….. 1
B.     Rumusan Masalah……………………………………………………………. 1
C.     Identifikasi Masalah………………………………………………………….. 1
D.     Tujuan………………………………………………………………………… 2
E.      Manfaat……………………………………………………………………….  2
BAB II
PEMBAHASAN……………………………………………………………………..  3
A.     Manusia Mahluk Sosial...…………………………………………………….. 3
B.     Agama Islam………………………………………………………………….. 3
C.     Ahlus Sunah Wal jama’ah……………………………………………………. 4
D.     Perdamaian Adalah Prinsip Islam……………………………………………. 6
E.      Jihad Bukanlah Teroris………………………………………………………. 6
F.      Langkah-langkah Yang Harus Dilakukan Umat Islam Untuk Mewujudkan Keamanan Sosial…………………………………………………………….. 7
BAB III
PENUTUP..……………………………………………………………………….… 17
A.     Kesimpulan………………………………………………………………….. 17
B.     Saran………………………………………………………………………...  19
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….  20
iv


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
          Indonesia adalah sebuah negara yang kaya akan sumber daya alam. Didalamnya terdapat berbagai suku, ras, golongan dan agama. Agama Islam adalah agama yang mayoritas paling banyak di Indonesia.
          Di Indonesia sering terjadi perselisihan karena perbedaan pendapat, pertengakaran, dan perkelahian. Bahkan kebanyakan yang mlakukan hal tersebut adalah umat Islam sendiri. Agama yang mengajarkan seseorang untuk mencintai kedamaian. Tentunya jika umat Islam terus bersikan pemarah, dan mau menamg sendiri, itu akan menjelekkan nama agama yang agung dan benar ini. Sehingga interaksi social tidak berjalan dengan baik. Padahal manusia adalah mahluk social (zoon politicon), untuk itu manusia perlu melakukan intraksi social untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
           Kurangnya pemahaman agama menjadi salah satu penyebab utamanya. Bahkan ada orang yang salah memahami agama, sehingga dia melakukan hal yang menyimpang dari agama.
            Saat ini, kita sering mendengar berita di media cetak atau elektronik mengenai seorang anak balita yang merokok, seorang remaja yang suka miras, berjudi, mabuk-mabukan, bahkan seks bebas ikut mewarnai kehidupan remaja, ini semua di sebabkan karena kurangnya pengawasan orang tua dan juga penerapan ilmu agama. Bahkan ada juga seorang yang sudah mengerti agama, namun dalam mengartikan dalil salah, sehingga dia melakukan bom bunuh diri di tempat yang dianggap maksiat sampai menimbulkan banyak korban jiwa. Hal ini terbukti bahwa keamanan social di Indonesia belum terwujud. Untuk itu pemahaman dan implementasi nilai-nilai agama dengan benar sangat berpengaruh dalam kehidupan social ini, terutama bagi seorang muslim untuk terwujudnya keamanan social.
B. Rumusan masalah
1.      Kurangnya pemahaman agama orang Islam.
2.      Banyak orang muslim yang salah mengartikan atau memahami ilmu agama.
3.      Banyak perselisihan dikalangan umat Islam.
C. Identifikasi Masalah
1.      Siapa yang perlu memahami nilai-nilai agama Islam?
2.      Bagaimana cara memahaminya?
3.      Langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan umat Islam untuk mewujudkan keamanan social?
D. Tujuan
1.      Meluruskan akidah umat Islam mengenai pemahaman agama
2.      Membuktikan kebenaran Islam
3.      Mewujudkan keamanan social
E. Manfaat
1.      Orang muslim menjadi tahu akan pemahaman agama yang benar
2.      Islam terbukti agama yang benar
3.      Terwujudnya keamanan social di kalangan umat Islam





















BAB II
PEMBAHASAN

A. Manusia Mahluk Sosial
            Manusia adalah makhluk social (zoon politicon), untuk itu manusia perlu melakukan intraksi social untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini merupakan salah satu fitrah insani yang Allah berikan pada manusia. Manusia tidak dapat hidup menyendiri (individu), melainkan harus bersosialisasi dengan manusia lain/ Untuk menjaga kehidupan sosialisasi manusia supaya berjalan lancar.
             Indonesia, negara yang didalamnya terdapat berbagai macam ras, golongan, suku, bahkan agama. Di Indonesia sendiri, agama yang mayoritas paling banyak adalah agama Islam. Dalam Islam sendiri terdapat berbagai perbedaan pendapat sehingga Islam terbagi atas beberapa organisasi. Namun hal ini seharusnya tidak perlu dipermasalahkan selagi Islam itu tidak menyeleweng dari sunah Rasul dan Al-Qur’an (Akhlus Sunnah Wal Jama’ah, insya Allah). Sehingga dengan begitu bisa terjadi interaksi social yang baik dan memungkinkan terwujudkan keserasian antar umat Islam.
B. Agama Islam          
Islam adalah agama tauhid terakhir hingga akhir zaman. Dengan lebih dari satu seperempat milyar orang pengikut di seluruh dunia, menjadikan Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen.
 Islam memiliki arti "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim yang berarti "seorang yang tunduk kepada Tuhan", atau lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir hingga akhir zaman yang diutus ke dunia oleh Allah. Dan hanya Islamlah agama yang Allah terima. Dosa syirik tidak akan Allah ampuni jika orang tersebut tidak mau bertaubat nasuha. Allah berfirman, Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” (Q.S. An-Nisa:116).
C. Akhlus Sunnah Wal Jama’ah
Dahulu di zaman Rasulullaah SAW. kaum muslimin dikenal bersatu, tidak ada golongan ini dan tidak ada golongan itu, tidak ada syiah ini dan tidak ada syiah itu, semua dibawah pimpinan dan komando Rasulullah SAW.

Bila ada masalah atau beda pendapat antara para sahabat, mereka langsung datang kepada Rasulullah SAW. itulah  yang membuat para sahabat saat itu tidak sampai terpecah belah, baik dalam masalah akidah, maupun dalam urusan duniawi.

Kemudian setelah  Rasulullah SAW. wafat, benih-benih perpecahan mulai tampak dan puncaknya terjadi saat Imam Ali kw. menjadi khalifah. Namun perpecahan tersebut hanya bersifat politik, sedang akidah mereka tetap satu yaitu akidah Islamiyah, meskipun saat itu benih-benih penyimpangan dalam akidah sudah mulai ditebarkan oleh Ibin Saba’, seorang yang dalam sejarah Islam dikenal sebagai pencetus faham Syiah (Rawafid).

Tapi setelah para sahabat wafat, benih-benih perpecahan dalam akidah tersebut mulai membesar, sehingga timbullah faham-faham yang bermacam-macam yang menyimpang dari ajaran Rasulullah SAW.

Saat itu muslimin terpecah dalam dua bagian, satu bagian dikenal sebagai golongan-golongan ahli bid’ah, atau kelompok-kelompok sempalan dalam Islam, seperti Mu’tazilah, Syiah (Rawafid), Khowarij dan lain-lain. Sedang bagian yang satu lagi adalah golongan terbesar, yaitu golongan orang-orang yang tetap berpegang teguh kepada apa-apa yang dikerjakan dan diyakini oleh Rasulullah SAW. bersama sahabat-sahabatnya.

Golongan yang terakhir inilah yang kemudian menamakan golongannya dan akidahnya Ahlus Sunnah Waljamaah. Jadi golongan Ahlus Sunnah Waljamaah adalah golongan yang mengikuti sunnah-sunnah nabi dan jamaatus shohabah.

Hal ini sesuai dengan hadist Rasulullah SAW, “Bahwa golongan yang selamat dan akan masuk surga (al-Firqah an Najiyah) adalah golongan yang mengikuti apa-apa yang aku (Rasulullah SAW) kerjakan bersama sahabat-sahabatku”.

Dengan demikian akidah Ahlus Sunnah Waljamaah adalah akidah Islamiyah yang dibawa oleh Rasulullah  dan golongan Ahlus Sunnah Waljamaah adalah umat Islam.  Lebih jelasnya, Islam adalah Ahlus Sunnah Waljamaah dan Ahlus Sunnah Waljamaah itulah Islam. Sedang golongan-golongan ahli bid’ah, seperti Mu’tazilah, Syiah(Rawafid) dan lain-lain, adalah golongan yang menyimpang dari ajaran Rasulullah SAW yang berarti menyimpang dari ajaran Islam.

Dengan demikian akidah Ahlus Sunnah Waljamaah itu sudah ada sebelum Allah menciptakan Imam Ahmad, Imam Malik, Imam Syafii dan Imam Hambali. Begitu pula sebelum timbulnya ahli bid’ah atau sebelum timbulnya kelompok-kelompok sempalan.

Rasulullah SAW bersabda, “Bahwasanya Bani Israil telah berfirqah-firqah sebanyak 72 millah (firqah) dan  akan berfirqah umatku sebanyak 73 firqah, semuanya masuk neraka kecuali satu”. Para sahabat yang mendengar ucapan ini bertanya : “Siapakah yang satu itu, ya Rasulullah?”.  Nabi menjawab : “Yang satu itu adalah orang yang berpegang (beri’itiqad) dengan peganganku (I’itiqadku) dan sahabat-sahabatku.”(HR. Tirmidzi).

Rasulullah SAW bersabda, “Demi Tuhan yang memegang jiwa Muhammad ditangan-Nya, akan berfirqah umatku sebanyak 73 firqah, yang satu masuk syurga dan yang lain masuk neraka.” Bertanya para sahabat : “Siapakah firqah (yang tidak masuk neraka) itu, ya Rasulullah?” Nabi menjawab : “Ahlussunnah wal Jama’ah”. (HR. Thabrani).

Untuk itu, di Indonesia sendiri, banyak organisasi yang telah mengakui golongannya sebagai Islam yang benar, mereka memnbentuk organisasi karena perbedaan pendapat dan mahdzab. Namun banyak dari mereka yang tidak bisa menerima perbedaan ini. Dan akhirnya timbullah perselisihan yang menyebabkan ketidak nyamanan social. Untuk itu, penerapan ilmu agama yang benar sangat diperlukan untuk mewujudkan keserasian dan membuktikan bahwa Islam itu adalah agama yang cinta perdamaian.

D. Perdamaian Adalah Prinsip agama Islam
Islam adalah agama yang mencintai kedamaian. Allah berfirman, “Perdamaian itu lebih baik (bagi mereka).”(Q.S. An-Nisa:128). Dan Rasulullah sendiri bersabda, “Perdamaian harus (boleh) antara kaum muslimin, kecuali perdamaian yang menghalalkan barang yang haram atau mengharamkan yang halal.” (H.R Ibnu Hibban dan Tirmizi).

Namun kebanyakan orang muslim tidak menyukai jalan damai atau salah mengartikan dalil-dalil dalam Islam, sehingga ini menjelak-jelekkan nama Islam, dan menimbulkan perselisihan antar manusia, bahkan dikalangan umat Islam sendiri.

E. Jihad Bukanlah Teroris atau Kekejaman
            Jihad adalah berjuang dengan sungguh-sungguh menurut syariat Islam. Jihad dilaksanakan untuk menjalankan misi utama manusia yaitu menegakkan hokum Allah atau menjaga hukum tetap tegak, dengan cara-cara sesuai dengan garis perjuangan para Rasul dan Al-Quran. Jihad yang dilaksanakan Rasul adalah berdakwah agar manusia meninggalkan kemusyrikan dan kembali kepada aturan Allah, menyucikan qalbu, memberikan pengajaran kepada ummat dan mendidik manusia agar sesuai dengan tujuan penciptaan mereka yaitu menjadi khalifah Allah di bumi. Jika mengartikan jihad hanya sebagai peperangan fisik dan extern, untuk membela agama, akan sangat ber-bahaya , sebab akan mudah di-manfaat-kan dan rentan terhadap fitnah. Jika mengartikan Jihad sebagai "perjuangan membela agama" , maka lebih tepat bahwa berJihad adalah "perjuangan menegakkan syariat Islam" . Sehingga berjihad haruslah dilakukan setiap saat , 24 jam sehari , sepanjang tahun , seumur hidup . Jihad bisa berarti ber-juang "Menyampaikan atau menjelaskan kepada orang lain kebenaran Ilahi Atau bisa ber-jihad dalam diri kita sendiri" , Bisa saja ber-jihad adalah "Memaksakan diri untuk bangun pagi dan salat Subuh , walau masih mengantuk dan dingin dan memaksakan orang lain untuk salat subuh dengan menyetel TOA mesjid dan memperdengarkan salat subuh." Dan lain-lain.
            Namun saat ini banyak umat Islam yang telah salah mengartikan jihad, sehingga banyak terdengar berita di media cetak dan elektronik mengenai peristiwa Bom bunuh diri di tempat yang dianggap maksiat. Sehingga itu menjelek-jelekkan nama Islam yang mengajarkan cinta perdamaian.
F. Langkah-langkah Yang Yarus Dilakukan Umat Islam Untuk Mewujudkan Keamanan Sosial
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan umat Islam supaya bisa memahami dan menerapkan ilmu agama dengan benar, yaitu dengan cara sebagai berikut:
1.      Berkomitmen terhadap nilai-nilai agama.
William James, seorang psikolog yang mendalami psikologi agama mengatakan bahwa orang yang memiliki komitmen terhadap nilai-nilai agama cenderung mempunyai jiwa yang lebih sehat. Kondisi tersebut ditampilkan dengan sikap yang positif, optimis, spontan, bahagia, serta penuh gairah dan vitalitas. Sebaliknya, orang yang memandang agama sebagai suatu kebiasaan yang membosankan atau perjuangan yang berat dan penuh beban, akan memiliki jiwa yang sakit (sick soul). Dia akan dihinggapi oleh penyesalan diri, rasa bersalah, murung serta tertekan.
Bagi keluarga Muslim, nampaknya harus mulai ditanamkan pemahaman bahwa di usianya si remaja sudah termasuk baligh. Artinya dia sudah taklif, atau bertanggung jawab atas kewajiban-kewajiban agama serta menanggung sendiri dosa-dosanya apabila melanggar kewajiban-kewajiban tersebut. Dengan pemahaman yang kuat terhadap nilai-nilai moral dan agama, maka lingkungan yang buruk tidak akan membuatnya menjadi buruk. Bahkan boleh jadi, si remaja sanggup proaktif mempengaruhi lingkungannya dengan frame religious.
2.      Memahami ilmu agama
Rasulullah bersabda, “Barangsiapa Allah menghendaki baiknya niscaya dikaruniakan padanya kefaqihan dalam urusan agama”. (Muttafaq ‘Alaih dari hadits Mu’awiyah). Imam An Nawawi berkata, “Hadits tersebut mengandung ‘keutamaan ilmu dan pemahaman agama islam serta anjuran untuk berilmu dan faham terhadap urusan agama, sebab memahami “hukum-hukum agama”  merupakan pemimpin menuju taqwallah”. Muhammad bin Ismail Al Amir Ash shan’ani juga berkata, “Dan hadits tersebut adalah bukti atas keagungan hal memahami agama, dan pemahaman agama itu hanya diberikan kepada orang yang Allah menghendaki kebaikan yang banyak untuknya…”.
Dan memahami agama artinya mempelajari kaedah-kaedah islam, mengetahui halal dan haram dan kandungan syarat yang terdapat dalam hadist tersebut menunjukkan bahwa “Orang yang tidak memahami agama berarti Allah tidak inginkan kebaikannya”. Berkata Al Qasthalani: “Khairan kata nakirah dalam kontek syarat sehingga bermakna umum seperti nakirah pada kontek naïf, artinya “barangsiapa Allah menghendaki untuknya seluruh kebaikan”.
Hadits tersebut menunjukkan bahwa seorang yang tidak memahami agama tidak ada kebaikan padanya. Sifat seseorang yang Allah Azza wa Jalla fahamkan ia tentang agama sehingga termasuk seorang yang Allah kehendaki baiknya, ia adalah seorang muslim yang berakal yang benar benar mengetahui bahwa Allah Azza wa Jalla memerintahkan padanya untuk beribadah dengan berbagai ibadah yang ia wajib beribadah kepada-Nya sesuai dengan apa yang diperintahkan bukan semaunya sendiri, tetapi sesuai anjuran ilmu, maka iapun belajar supaya memahami apa yang Allah Azza wa Jalla perintahkan ia beribadah dengannya, dalam menunaikan segenap kewajiban-Nya dan menjauhi segenap larangan-Nya yang kebodohan tidak boleh dijadikan alasan serta segenap Ulama yang berakal pun tidak memberi keringanan untuk boleh meninggalkannya, seperti masalah Thaharah & kewajiban-kewajibannya, sunnah-sunnahnya, dan apa yang dapat merusak dan memperbaikinya.
Seperti mengilmui tentang shalat lima waktu sehari semalam, bagaimana cara pelaksanaannya yang benar sesuai dengan yang dimaukan Allah azza wa Jalla, mengilmui tentang zakat, apa yang Allah Azza wa Jalla wajibkan padanya, mengilmui tentang puasa Ramadhan, apa yang diwajibkan padanya, tentang haji kapan diwajibkan, setelah datang kewajibannya lalu apa keharusan dari hukum-hukumnya dan bagaimana pelaksanaannya kepada Allah Azza wa Jalla…
Maka seorang muslim juga wajib memahami ilmu agama dengan benar seperti apa yang dianjurkan oleh Rasulullah, “Sehingga kebaikan ada pada diri kalian yang nantinya akan kalian syukuri hasilnya di dunia & akhirat
3.      Mengamalkan ilmu agama.
Tentunya jika seseorang sudah memahami dengan benar, maka seseorang perlu mengamalkannya. Karena ini menunjukkan kita kesempurnaan dalam melakukan suatu, jika dalam Islam maka kita menjadi alim. Orang alim ditakuti syaitan.  Abud Darda’ radhiyallahu ‘anhu berkata, “Engkau tidak akan menjadi seorang alim hingga engkau menjadi orang yang belajar. Dan engkau tidak dianggap alim tentang suatu ilmu, sampai engkau mengamalkannya.” Ali ra, juga berkata,
“Ilmu membisikkan untuk diamalkan, kalau seseorang menyambut (maka ilmu itu akan bertahan bersama dirinya). Bila tidak demikian, maka ilmu itu akan pergi.” Serta Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullahu juga berkata, “Seorang alim senantiasa dalam keadaan bodoh hingga dia mengamalkan ilmunya. Bila dia sudah mengamalkannya, barulah dia menjadi alim.”
Jadi jelaslah bagi kita bahwa betapa sangat pentingnya ilmu dalam mengarungi kehidupan ini, baik untu agama maupun untuk kemaslahatan umat. Jika kita mempunyai ilmu maka dia akan menjaga kita tetapi jika mempunyai harta maka ia yang kita jaga. Sebaiknya kita lebih banyak memiliki ilmu daripada memiliki harta.
4.      Berguru tentang kehidupan social kepada semut.
Setelah seseorang bisa memahami ilmu agama, tentunyanya ilmu itu akan lebih berguna bermanfaat bagi orang lain. Disini, manusia seharusnya bisa berguru pada semut untuk menjalani kehidupan social ini. Meski semut itu kecil, namun etos kerjasamanya patut ditauladani manusia. Sebagaimana diceritakan Ibnul Qayyim dalam kitabnya Syifa' al Alil bahwa semut yang secara fisik memiliki postur yang jauh lebih kecil dibanding belalang jelas tidak mungkin menggotong belalang secara sendirian.Sehingga seekor semut tadi kembali kesarangnya untuk minta tolong kepada teman-temannya. Kerena masih belum kuat juga, mereka memanggil teman-temannya yang lain. Bahkan menurut Ibnul Qayyim dalam kitabnya diatas, mereka memanggil temannya hingga tiga kali. Sehingga mereka datang dalam rombongan yang besar.

Selanjutnya, terlihatlah semut-semut dibelakangnya seperti benang hitam yang berdatangan untuk membantunya. Jika pun barang bawaan telah sampai kerumahnya, ia mengangkat dan meletakkan didalamnya.

Ketika Imam Ibnul Qayyim datang kepada gurunya, Imam Ibnu Taimiyah rahimullah, dia menceritakan kisah ini. Ibnu Taimiyah pun berkata padanya, "Sesungguhnya semut diciptakan Allah dengan watak jujur dan mencela kebohongan."

Apabila sesuatu yang manis jatuh ketanah, maka semut akan mendatanginya. Sungguh suatu pemandangan yang menabjubkan. Kedatangan beberapa ekor semut itu, dalam rangka mensurvei dan mandeteksi dimana tempat makanan berada. Setelah itu mereka berkumpul dan membawa makanan tadi kesarang mereka. Jadi, makanan yang telah mereka ketahui keberadaannya tidak lantas mereka nikmati sendiri.
Apabila potongan makanan tadi dalam jumlah besar, rombongan semut-semut yang menggiringnya pun dalam jumlah besar. kalau anda melempar makanan dua kali lipat jumlahnya dari pembawanya, maka jumlah semut yang akan datang jumlahnya pun dua kali lipat dari jumlah yang pertama.

Semut yang bertugas mensurvei makanan tersebut membantu pemimpinnya bahwa rejeki yang baru memerlukan tenaga sekian banyak semut untuk menggiringnya kesarang.

Apabila semut yang bertugas mensurvei makanan tadi dibunuh, maka ada semut yang akan melarang semut- semut yang lain agar tidak mendatangi tempat tersebut. Karena semut yang selama ini memberi tahu yang lain akan bahaya mendatangi tempat itu dan mereka harus menjauh dari tempat tersebut. Maha besar Allah. Inilah, sebut Mutawally Sya'wawi dalam Kisah-kisah Hewan dalam Al-Qur'an (terj.), naluri yang diberikan Allah kepada setiap makhluknya. Bahwa senut memiliki naluri dan bahkan ketajaman indera juga disebut M.Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah-nya. Semut, jelas tafsir itu, merupakan jenis hewan yang bermasyarakat dan berkelompok. Hewan ini memiliki keunikan antara lain ketajaman indera dan sikapnya yang sangat hati-hati. Tidak hanya itu. Setali tiga uang dengan ketajaman inderanya, semut juga disebut-sebut sebagai hewan yang memiliki etos kerja yang sangat tinggi. Bayangkan bagaimana ketika ia melakukan kegiatan bersama misalnya membangun "jalan-jalan panjang." Pekerjaan yang secara kasat mata itu cukup berat, mengingat fisiknya yang kecil, nyatanya "jalan-jalan panjang" itu dapat mereka selesaikan dengan apik. Kerja kerasnya yang tak mudah menyerah disertai kesabaran dan ketabahan serta kekompakannya berhasil membangun "jalan-jalan panjang" sebagai tempat berlindungnya. Bahkan mereka harus mengerjakan itu sepanjang hari dan malam, kecuali malam-malam gelap mengingat bulan tidak memancarkan sinarnya.

Tidak berlebihan jika sementara ilmuwan yang membahas kehidupan semut, seperti ditulis Mutawally Sya'rawi,berkata, "ini merupakan suatu keajaiban dimana anda akan menemukan dalam sarang semut beberapa biji-bijian yang telah terbalah-belah."

Betapa semut mampu memikul beban yang jauh lebih besar dari badannya. Hampir seluruh anggota tubuhnya dapat mereka manfaatkan dengan baik. Lihat saja, ketika dia merasa berat membawa dengan mulutnya,dia akan menggerakkan barang itu dengan dorongan kaki belakang dan mengangkatnya dengan lengannya.

Begitu juga ketika sebitir biji-bijian yang mereka akan simpan dilubanginya terlebih dahulu, serta dipecahkannya bila terlalu besar. Makanan yang basah mereka keluarkan agar dapat diterpa sinar matahari sehingga kering kembali. Kelompok-kelompok semut menentukan waktu-waktu tertentu untuk bertemu dan saling tukar makanan.

"Jika satu biji terbelah, maka tidak akan bisa tumbuh. Mereka (pakar tersebut) menemukan ada satu biji yang dibelah empat yaitu biji ketumbar. Kalau biji ketumbar ini dibelah dua, maka setiap bagian masih bisa tumbuh, akan tetapi semut-semut tersebut membelah biji ketumbar menjadi empat bagian agar bisa tumbuh. Karena jika biji tersebut tumbuh, maka ia akan menutup sarang mereka. Oleh sebab itulah semut menyimpan biji-bijian tersebut sampai mereka masih bisa memakannya pada saat musim dingin tiba. Maha Suci Allah yang telah memberikan pengetahuan ini pada semut-semut tersebut," tambah sang ilmuwan tadi.

Para ilmuwan juga menemukan di depan sebagian sarang-sarang semut ada sesuatu yang putih dan kecil-kecil. Setelah diteliti lebih jauh, para ilmuwan tersebut mengetahui bahwa sesuatu tersebut adalah benih-benih tanaman yang akan tumbuh yang dikeluarkan oleh semut-semut dan membuangnya didepan sarang-sarang supaya tidak tumbuh didalam sarang. Sebab akan menyebabkan kelembaban dan merusak sarang mereka. Binatang-binatang ini dan lainnya adalah termasuk umat seperti kita manusia yang mempunyai peraturan hidup,bahasa, mata pencaharian dan lain-lain.

Keunikan lain semut adalah sebagaimana disebut dalam Tafsir al-mishbah, kebiasaannya menguburkan anggotanya yang mati. itu merupakan sebagian keistimewaan semut yang terungkap melalui pengamatan ilmuwan.

Konon semut juga merupakan salah satu binatang yang paling banyak dzikirnya kepada yang Maha Kuasa, cuma dzikir semut manusia tidak bisa memahaminya. Alangkah indahnya seseorang yang bias berguru pada kerjasama social semut ini.

5.      Berkumpul dengan orang shaleh.

Berkumpul dengan orang shaleh, sangat di perlukan untuk umat muslim. Jangan sampai seorang muslim berkumpul dengan orang-orang yang tidak mengerti akan agama, dan justru melakukan pergaulan bebas sehingga terjadilah sexs bebas.

Dengan cara ini, seorang muslim dapat berkonsultasi agama, sehingga dalam memahami agama tidak salah mengartikannya. Dan disinilah awal dimulainya cara untuk mewujudkan keamanan social, karena, jika seseorang bisa mengajarkan kebaikan dan menyeru akan kebenaran Islam secara benar, maka insyaallah, damai dan kesejahteraan bisa tumbuh di dalam lingkungan kita, terutama di kalangan organisasi atau kelompok kaum muslim yang mengaku ahlus sunah wal jamaah.

  1. Menempatkan diri di posisi orang lain.

Untuk bisa berinteraksi denag baik, atau bakhan menarik simpati seseorang, maka seseorang itu harus bisa menempatkan dirinya diposisi orang lain. Ada sebuah cerita mengenai seseorang yang dia itu bisa menarik simpati banyak orang karena dia bisa merasakan atau menempatkan diri di posisi orang lain.

Japan Railways East menjalin kontrak untukmembangun sebuah jalur kereta api antara Tokyo dan Nagano yang harus selesai tepat waktu untuk Winter Olympics tahun 1998.

Namun terowongan itumelewati pegunungan yang penuh dengan air. Perusahaan mendatangkan tim insinyur yang dibayar mahal untuk menyelesaikan hal ini. Para insinyur tersebut meneliti dan menganalisa masalah. Dan mereka akhirnya menetapkan membeli pipa yang paling mahal untuk membawa air dari terowongan tersebut.

Salah seorang pekerja yang melakukan reparasi, suatu hari merasa haus dan lahirlah sebuah solusi yang berbeda ketika dia meminum air terowongan itu. Air itu terasa sangat segar, disini dia memikirkan keadaan orang-orang yang haus dikala perjalanan dan membutukan minuman. Hal ini menimbulkan sebuah ide yang amat cemerlang. Dia menceritakan kepada bosnya agar mengemas air tersebut dalam kemasan dan menjualnya sebagai air mineral.

Dari sinilah kemudian lahirnya minuman mineral pertama di dunia yang pada saat itu bernama Osihimizu. Yang harganya sampai sekarang ini lebih mahal daripada minyak bumi. Minyak bumi (bensin) yang mencarinya susah dan butuh biaya banyak, saat ini kira-kira harga per liter Rp.5.000,00. Sementara harga minuman mineral yang mudah mencarinya per liter mencapai Rp.2.000,00 sampai Rp.2.500,00. Hanya setengah dari harga bensin.

Bayangkan jika seorang muslim berdakwah dengan cara menempatkan posisinya pada posisi orang lain, pasti ini bisa menjadi sarana dakwah secara halus dan benar.

  1. Bisa memimpin diri sendiri, sebelum memimpin orang lain.

Langkah selanjutnya, ketika seorang muslim sudah bisa memahami ilmu agama dan bisa berinteraksi social dengan baik, maka sebelum seorang muslim melakukan hal yang menjadi puncak kemenangan untuk mencapai keamanan social, maka seharusnya seseorang itu harus bisa memimpin diri sendiri sebelum memimpin orang lain.

Di masa modern saat ini, seseorang harus bisa mengendalikan emosi dan hawa nafsu duniawi. Mulai dari godean akan harta, sampai keimanan seorang muslim. Jangan sampai misalnya, hanya karena mencintai seseorang, kita menjual keimanan kita kepadanya, sehingga kita bisa melakukan hal yang dilarang agama atau bahkan murtad (keluar dari Islam).

Untuk itu, dalam memimpin diri sendiri, seorang muslim peru melakukan beberapa cara sebagai berikut:

a.       Tidak mudah terpengaruh dengan orang lain
b.      Senantiasa selalu mnegingat Allah Kapanpun dan dimanapun
c.       Perlunya sikap sabar dan tawakal.
d.      Menempatkan diri dimanapun berada dengan baik.

8.      Dakwah islam dengan pendekatan atau tulisan
Setelah seseorang bisa memimpin diri sendiri, maka seseorang mulai bisa melakukan hal yang lebih serius, yaitu berdakwah.  Dakwah sendiri adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah sesuai dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja da'a yad'u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan. Kata dakwah sering dirangkaikan dengan kata "Ilmu" dan kata "Islam", sehingga menjadi "Ilmu dakwah" dan Ilmu Islam" atau ad-dakwah al-Islamiyah.
Dakwah dapat dilakukan dengan berbagai cara pendekatan, yaitu berinteraksi social dengan baik, supaya perbedaan yang ada pada Islam bisa diserasikan, dan apabila salah dapat diluruskan bersama. Yakni menyampaikan dakwah dengan cara yang arif bijaksana, yaitu melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak obyek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik. Dengan kata lain dakwah bi al-hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif
Namun, memasuki zaman global seperti saat sekarang ini, pola dakwah bit at-Tadwin (dakwah melalui tulisan) baik dengan menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah, internet, koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah sangat penting dan efektif.
Keuntungan lain dari dakwah model ini tidak menjadi musnah meskipun sang dai, atau penulisnya sudah wafat. Menyangkut dakwah bit-Tadwim ini Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya tinta para ulama adalah lebih baik dari darahnya para syuhada".
9.      Bersikap sabar dalam menghadapi sesuatu
Langkah terakhir adalah bersikap sabar, karena terkadang apa yang kita inginkan dan harapkan tidak selalu terwujud atau menghadapi berbagai rintangan. Sabar adalah pilar kebahagiaan seorang hamba. Dengan kesabaran itulah seorang hamba akan terjaga dari kemaksiatan, konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Kedudukan sabar dalam iman laksana kepala bagi seluruh tubuh. Apabila kepala sudah terpotong maka tidak ada lagi kehidupan di dalam tubuh.” (Al Fawa’id, hal. 95).
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Sabar adalah meneguhkan diri dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, menahannya dari perbuatan maksiat kepada Allah, serta menjaganya dari perasaan dan sikap marah dalam menghadapi takdir Allah….” (Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24).
Di dalam Taisir Lathifil Mannaan Syaikh As Sa’di rahimahullah menyebutkan sebab-sebab untuk menggapai berbagai cita-cita yang tinggi. Beliau menyebutkan bahwa sebab terbesar untuk bisa meraih itu semua adalah iman dan amal shalih.
Di samping itu, ada sebab-sebab lain yang merupakan bagian dari kedua perkara ini. Di antaranya adalah kesabaran. Sabar adalah sebab untuk bisa mendapatkan berbagai kebaikan dan menolak berbagai keburukan. Hal ini sebagaimana diisyaratkan oleh firman Allah ta’ala, “Dan mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat.” (QS. Al Baqarah : 45).
Yaitu mintalah pertolongan kepada Allah dengan bekal sabar dan shalat dalam menangani semua urusan kalian. Begitu pula sabar menjadi sebab hamba bisa meraih kenikmatan abadi yaitu surga. Allah ta’ala berfirman kepada penduduk surga, “Keselamatan atas kalian berkat kesabaran kalian.” (QS. Ar Ra’d : 24). Allah juga berfirman, “Mereka itulah orang-orang yang dibalas dengan kedudukan-kedudukan tinggi (di surga) dengan sebab kesabaran mereka.” (QS. Al Furqaan : 75).
Selain itu Allah pun menjadikan sabar dan yakin sebagai sebab untuk mencapai kedudukan tertinggi yaitu kepemimpinan dalam hal agama. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala, “Dan Kami menjadikan di antara mereka (Bani Isra’il) para pemimpin yang memberikan petunjuk dengan titah Kami, karena mereka mau bersabar dan meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. As Sajdah : 24) (Lihat Taisir Lathifil Mannaan, hal. 375)



           






















BAB III
PENUTUP


A.     Kesimpulan

Manusia adalah mahluk social yang tidak bisa hidup sendiri. Namun saat ini banyak kericuhan terjadi dikarenakan kurangnya pemahaman dan pengamalan ilmu agama yang benar, sehingga menyebabkan ketidaknyamanan social. Bahkan agama orang Islam sendiri banyak yang melakukan perselisihan dan menyebabkan ketidaknyamanan social.
Perkelahian, pertengkaran dan juga tindak criminal lainnya dilakukan oleh orang-orang Islam. Hal ini membuat nama Islam yang mencitai kedamaian menjadi jelek, dan itu semua karena umat Islam tidak bisa memahami agama dengan benar. Untuk itu ada beberapa langkah cara yang harus dilakukan umat muslim untuk mewujudkan keamanan social, yaitu dengan cara sebagai berikut:

1.      Berkomitmen terhadap nilai-nilai agama.
William James, seorang psikolog yang mendalami psikologi agama mengatakan bahwa orang yang memiliki komitmen terhadap nilai-nilai agama cenderung mempunyai jiwa yang lebih sehat. Kondisi tersebut ditampilkan dengan sikap yang positif, optimis, spontan, bahagia, serta penuh gairah dan vitalitas. Sebaliknya, orang yang memandang agama sebagai suatu kebiasaan yang membosankan atau perjuangan yang berat dan penuh beban, akan memiliki jiwa yang sakit (sick soul). Dia akan dihinggapi oleh penyesalan diri, rasa bersalah, murung serta tertekan.
2.      Memahami ilmu agama
Seseorang yang sudah memiliki komitmen terhadap nilai-nilai agama, maka dia wajib memahaminya, supaya tidak terjadi salah paham antar umat Islam terutamanya.
3.      Mengamalkan ilmu agama.
Setelah seseorang bisa memahami ilmu agama dengan benar, maka seseorang perlu mengamalkannya, supaya apa yang telah seseorang pahami itu bias berguna bagi diri kita dan orang lain.
4.      Berguru tentang kehidupan social kepada semut.
           Semut, hewan yang kecil, namun menggambarkan dan memberi contoh akan kehidupan yang harus saling tolong menolong. Kerjasama semut seharusnya bisa menjadikan kita lebih baik dari sebelumnya.
5.      Berkumpul dengan orang shaleh.

Berkumpul dengan orang shaleh, sangat di perlukan untuk umat muslim. Jangan sampai seorang muslim berkumpul dengan orang-orang yang tidak mengerti akan agama, dan justru melakukan pergaulan bebas sehingga terjadilah sexs bebas.

  1. Menempatkan diri di posisi orang lain.

Untuk bisa berinteraksi dengan baik, atau bakhan menarik simpati seseorang, maka seseorang itu harus bisa menempatkan dirinya diposisi orang lain. Ada sebuah cerita mengenai seseorang yang dia itu bisa menarik simpati banyak orang karena dia bisa merasakan atau menempatkan diri di posisi orang lain.

  1. Bisa memimpin diri sendiri, sebelum memimpin orang lain
Dalam hidup social ini, seseorang harus bisa mengendalikan hawa nafsu dan juaga emosinya. Memimpin diri sendiri sangatlah diperlukan untuk membina diri lebih baik, sehingga kita bisa memimpin orang lain dengan suru tauladan yang baik.
8.      Dakwah islam dengan pendekatan atau tulisan
Dengan cara ini, maka dakwah bisa kita lakukan dengan pelahan tapi pasti dantidak mengganggu keamanan social.
9.      Bersikap sabar dalam menghadapi sesuatu
Kesabaran adalah langkah terakhir yang harus dilakukan, karena terkadang apa yang kita inginkan belum tentu terwujud, atau untuk mewujudkannya membutuhkan suatu proses.
Dengan 9 cara tersebut, insyaallah, kita sebagai umat muslim bias mewujudkan keamanan social dan keharmonisan antar umat Islam.
B.     Saran
a.       Kepada seluruh umat muslim, janganlah kalian mudah terpengaruh oleh seseorang.
b.      Belajarlah agama dengan pemahaman dan pengamalan yang benar.
c.       Selalu ingat Allah, adalah kunci segalanya, untuk itu, di setiap waktu, janganlah kita lupa kepada Allah.






















DAFTAR PUSTAKA


Alfath Beriyan, LKTI juara 3 se-DIY dan Jateng IPNU dan IPPNUInternet sebagai jendela dunia untuk media belajar yang baik” : 2009. Man Godean.

Alfath Beriyan, LKTI juara 3 se-DIY dan Jateng UINMewujudkan keamanan ssosial dengan penerapan ilmu agama” : 2009. Man Godean.

David Niven. Ph. D, 100 Rahasia Menjadi Orang Sukses : 2004. Jening Kreatif. Yogyakarta

Dr. Muh Imarah, Islam dan Kemanan Sosial : 1999. Gema Insani. Jakarta.

Drs. Tgk. H. Z. A. Syihab, Akidah Akhlus Sunah : 1998. BUmi Aksara. Jakarta

H. Sulaiman Rasjid. Fiqh Islam : 2010. Sinar Baru Algesindo. Bandung


 
Template Design By:
SkinCorner